Singkir


Bagi pengikut setia blog ini, mohon maaf jika topik kali ini jauh berbeda dari yang biasanya, terlebih lagi menggunakan bahasa native saya yakni bahasa Indonesia.

Ah siapa juga yang mengikuti blog ini, toh saya buat ini waktu bocah dulu untuk skill menulis bahasa Inggris saja.

Tapi kalau anda datang dari ig story @serumpun.ig

Selamat datang di blog pribadiku

Di sini anda bisa melihat semua postingan masa laluku, dan kalian sudah pasti bisa menebak usiaku sekarang ini.

Terus terang, aku sekarang seorang mahasiswa.

Covid-19 telah mengambil sebagian masa teenager ku untuk berdiam diri di rumah. Tapi aku tak terlalu permasalahkan itu, karena di masa itulah aku, tanpa perhitungan jangka panjang, mengambil langkah yang salah.

Di masa itu, netizen Indonesia-Malaysia masih gemar untuk ribut dan saling merendahkan satu sama lain, karena dendam pada tahun 2017 silam. Tidak seperti sekarang yang cenderung saling "berbagi meme"

Aku, walaupun seorang warganegara Indonesia, tentu marah juga jika Malaysia sebagai tanah tumpah darahku dihina dan diremehkan.

Maka dari itu, aku, dengan sembrono-nya, membuat akun @serumpun.ig

Kubuat akun itu dengan 0% pengalaman mempelajari dan berargumen soal hubungan darah Indonesia-Malaysia.

Di posting-postingan awal, aku hanya mencomot tulisan dari situs-situs yang lebih besar, apalagi belum banyak menghubungkan kedua negara. Hanya sedikit saja posting tentang hubungan Indonesia-Malaysia yang benar2 terlihat keserumpunannya.

Aku sendiri masih naif untuk mengartikan pernyataan "Indonesia dah Malaysia adalah serumpun". Meski aku rajin mempromosikan ig ku karena kebosanan di rumah, harus ku akui tak sedikit aku kalah dalam perdebatan online, dan juga membuat kesimpulan dalam keadaan buta.

Contohnya, aku secara gegabah menyimpulkan bahwa Sultan Iskandar Tsani, sultan Aceh, adalah putra dari Sultan Iskandar Muda. Padahal jika dibaca sejarah Aceh sedikit saja, bisa kutemukan adanya hubungan Aceh-Pahang di situ, yang mana Sultan Tsani hanyalah keponakan dari Sultan Muda yang berasal dari Pahang.

Tapi, aku tidak putus asa ketika itu karena kuatnya keinginanku untuk menyatukan dua bangsa agar berhenti berkelahi.

Lambat laun, sadarlah aku bahwa sebagai seorang admin, aku tidak bisa selamanya mengandalkan tulisan orang lain. Maka lambat laun, aku mulai membiasakan diri untuk membaca buku.

Buku pertama yang kubaca adalah Nusantara karya Bernard

Di tahun 2022 silam, aku dianugerahi rezeki untuk ke Malaysia setelah 5 tahun tidak "pulang". Dengan segera, aku membuat akun Shopee dan memesan dua buku karya Izzuddin Al-Jitrawiy, seorang penggiat sejarah asal Malaysia.

Aku mulai mengikuti Tuan Jitrawiy di tengah-tengah setelah @serumpun.ig berdiri, dan sebelum aku ke Malaysia 2022. Dan saat itu, beliaulah konten kreator yang paling saya sukai.

Dua buku pertama itulah yang menghidupkan kembali minat membacaku. Aku sebenarnya suka membaca di masa kecil, namun lambat laun perhatianku teralihkan ke gadget.

Bisa dibilang, berdirinya @serumpun.ig benar-benar membawa sisi positif kepadaku.

Meski skill ku untuk memilah isi buku masihlah kurang ketika itu. Aku merasa bingung karena apa yang ditulis oleh sejarawan lokal, terutama sejarawan Malaysia, bertentangan dengan sejarawan asing, sampai-sampai aku pertanyakan ke ig story ku manakah yang benar.

Lagi-lagi, aku dengan gegabah menyimpulkan bahwa sejarawan lokal itu benar, dan sejarawan asing itu salah.

Kini, aku mulai paham dan bisa mengonsum kedua tulisan sejarawan lokal dan asing, karena sejarah akan selalu menjadi ajang perdebatan. 

Tak hanya buku sejarah nusantara, buku-buku sejarah dunia dan filsafat atau self-help pun "kubabat". Ketika aku menulis ini, aku baru saja selesai membaca buku Falsafah Hidup karya Prof. HAMKA.

Ketika pandemi mulai longgar, waktu online ku di @serumpun.ig pun berkurang. Namun bukan berarti aku kehilangan minat. Aku mulai memikirkan untuk memonetisasi kerjaku itu. Maka aku pun membuat branding bernama "Media Serumpun", bermula dari blogspot. Di sana, aku memposting artikel-artikel panjang yang, selain melengkapi isi kontenku di Instagram, juga bisa memonetisasi.

Aku juga rencana akan membuka cabang di luar itu. Bahkan khayalan liarku membawaku untuk berangan-angan mempunyai saluran TV sendiri

Entah kapan hal itu bisa terealisasi.

Namun, longgarnya pandemi telah mendesakku untuk kembali fokus pada kegiatan pembelajaran di sekolah. 

Fokus belajar

Membaca 

Mengembangkan konten website 

Ketiga itu benar2 merampas waktuku untuk aktif di Instagram

Sampai-sampai followersku tersangkut di angka 2000an

Karena aku merasa belum juga mendapatkan uang dari situs blog ku, aku memutuskan untuk membuka cabang di sebuah platform yang lebih terjamin

Dengan konsekuensi, aku tak lagi dapat online di Instagram, karena semua fokusku teralih ke situ

Menggambar peta

Mencari referensi 

Membaca

Menulis

Merevisi

Membaca

Membandingkan

Mengedit 

Merekam

Memodifikasi website dengan bantuan coding 

Semuanya aku lakukan seorang diri

Ketika aku hendak mengikuti UTBK, segala hal yang terkait Media Serumpun aku singkirkan sementara.

Aku berhasil lolos masuk ke sebuah universitas negeri tak jauh dari Jakarta, tapi termasuk kategori perantauan juga: Banten

Apakah aku ambil jurusan ilmu sejarah? Sudah aku rencanakan untuk mengambil program studi tersebut 

Tapi pada akhirnya batal 

Aku mengambil jurusan yang berkaitan dengan komputer

Kenapa? Karena aku merasa keahlian dalam bidang komputer lebih menjamin prospek kerjaku dibanding ilmu sejarah yang bisa-bisa saya jadi guru

Saya tidak berminat jadi guru

Walaupun saya satu-satunya admin Media Serumpun 

Karena aku harus fokus kuliah, aku memutuskan untuk men-deactivate instagramku agar tidak terus menyayangkan ketidakhadiran ku di situ

Aku tetap mengembangkan konten ku di sebuah platform yang sudah kusebut tadi.

Mencari referensi

Merekam

Membaca

Mengedit

Menulis

Memilah

Menyusun daftar bacaan online


Screenshot dari beberapa koleksi e-buku dan kategorinya dalam Google Drive yang menjadi e-perpustakaan miniku. Bisa kalian liat2 di sini, terbuka untuk umum: https://drive.google.com/drive/folders/1Fp-A9C5EtCdrw6lyXKMJ0tqAINp3ODPe

Belum lagi dengan segala burn out dan kelelahanku

Tak jarang aku mengalami pusing dan stress

Serta berbagai tuntutan sebagai seorang pelajar dari lembaga pendidikan formal.

Harus bisa matematika, sebuah bidang ilmu yang tak pernah aku tekuni, apalagi karena tidak ada hubungannya dengan kontenku

Oh ya, aku juga belum punya skill mengkritik buku sejarah

Padahal itu juga penting bagi seseorang seperti saya

Di masa absenku, sadarlah aku ada satu akun Instagram baru yang memiliki isi konten yang sama dengan ku, yaitu sejarah Nusantara 

Mengejutkannya, dia juga menyuarakan hubungan persaudaraan Indonesia-Malaysia dalam sejarah secara tersirat

Berbeda denganku yang kulakukan secara tersurat

Meski baru berusia setahun, follower dia jauh lebih banyak dari aku

13 ribu dalam setahun

Sedangkan aku, 4 tahun hanya mendapat 2ribuan follower

Aku tidak mau menyebut ig nya, bukan karena boikot, tapi tidak sopan menggibahkan seseorang di belakang 

Walaupun sebenarnya termasuk ghibah juga ini, tapi aku fokuskan ke posisi diriku.

Iykw,ykw

If you know who, you know who

Jujur, dalam hari naluri ku, timbul sedikit rasa dengki dan iri karena dia berhasil mengalahkan ku

Aku merasa tersaingi 

Walau bagaimanapun, aku berusaha untuk tidak membencinya. 

Aku memaksa diriku untuk melihat sisi positifnya, yaitu menyatukan Indonesia dan Malaysia melalui sejarah. Bisa dibilang, beliau adalah penyambung lidahku 

Dan dia juga aktif sebagaimana aku aktif dulu 

Yang sedikit menenteramkan hatiku adalah, dia memfollow @serumpun.ig pada akun pribadinya.

Tapi aku tidak merasa itu sebagai sebuah kehormatan 

Adminnya jauh lebih bagus daripadaku dalam hal karakter

Beliau sudah bekerja di bidang yang mantap

Sudah beristri

Lebih banyak mengunjungi tempat bersejarah daripada aku 

Saya boro-boro

Di saat aku masih mempelajari sejarah Nusantara melalui buku-buku, beliau baru-baru ini mengadakan sesi bincang-bincang dengan pihak Muzium Negara Malaysia

Bahkan, saya tak punya bakat menulis curhatan yang bagus untuk dibaca banyak orang seperti artikel ini. Oleh karena itu saya tidak menyalahkan anda jika anda langsung tutup situs ini dan melanjutkan kegiatanmu yang lebih bermanfaat 

Memang, saya tidak sebanding sama dia.

Dia sudah di level 50, aku baru level 20

Sebenarnya sejauh ini aku terbuka dengan konten kreator lain. Banyak yang kecil, tapi ada juga yang besar

Lazardi Wong Jogja seorang konten kreator sejarah Nusantara melalui mapping, membuat peta-peta di YouTube 

Pencapaian beliau lebih besar daripadaku. Tapi aku tidak merasa "terancam". Malah aku selalu mengikutinya dan mendukungnya dengan antusias. Apalagi saya juga banyak mengambil referensi peta dari dia wkwk

Contoh lain adalah @geografi.my . Tapi ketenaran beliau wajar karena sudah start jauh lebih duluan dari aku, yaitu sekitar 2017an

Tapi entah kenapa, kali ini aku merasa tersaingi 

Karena selama ini kukira kontenku ekslusif, sehingga kurang ada persaingan. Berbeda dengan konten gaming, vlogging, podcast, masak-masak, meme dan lain2 yang ketat persaingannya.

Belum lagi ada juga vlogger traveler dari Malaysia di tiktok yang banyak membuat konten di Indonesia 

Dari konten-konten itu beliau sebenarnya sudah mempersatukan netizen Indonesia-Malaysia melalui gaulnya dia

Tapi tetap saja, dia itu lebih ke traveling, bukan tentang sejarah seperti aku. Jadi aku tidak merasa keberatan dengan kehadiran dia

Sialan, ketika aku menulis ini, aku tidak sadar ada mentoring online dari kampusku yang harus kuhadiri 50 menit yang lalu

Ya, aku terlambat 

Sejauh ini, aku mulai merasa segala usahaku sia-sia. Segala naskah konten yang kutulis sepenuh hati, yang memakan banyak waktu dan tenaga, mulai kuragukan kegunaannya di masa depan 

Kalau Tuan konten kreator sejarah baru itu membuka cabang di platform yang kurencanakan...

...maka amat riwayatku

Saya tegaskan sekali lagi, saya tidak membenci ataupun memboikot beliau! Saya juga berusaha membujuk diriku untuk tidak dengki kepadanya

Aku hanya merasa terkalahkan 

Hatiku pun berkata "haruskah aku lepaskan segala upaya ku membangkitkan Media Serumpun dan kembali ke jalan kehidupan normal, yaitu sebagai mahasiswa yang aktif di jurusannya?"

Saat pertama kali bertemu dengan teman-teman kampus pun, aku sangat kaku. Yang lain berdiskusi tentang komputer, kerja, gaming, aku sibuk memikirkan tentang Media Serumpun

Aku menjadi semi-introvert

Kalau anda tau, saya di dunia nyata pun tidak keren-keren amat. Terkadang lebih konyol. Apalagi kalau anda berhasil menemukan ig pribadiku

Kalau anda menemukan instagram pribadiku, please separate art from the artist🙏🏼

Aduh tertumpah kuah lauk ke kasurku ketika berbaring untuk menulis ocehan ini

Dasar anak kos!

Kos di Indonesia bermakna lodging atau bilik sewaan untuk mahasiswa universiti, jika saudara dari Malaysia tidak faham

Aku mulai memikirkan apakah selama ini aku delusi? Aku bingung hendak melanjutkan hobiku itu atau tidak

Dengan adanya Media Serumpun, aku selalu banyak kerjaan dan tidak pernah bosan duduk di kos sendiri 

Temanku kadang-kadang mengechat aku bahwa dia kebosanan, tidak ada kerjaan. Saya bingung mau menyarankan apa kepadanya karena aku sudah ada Media Serumpun untuk dikembangkan 

dikembangkan dengan tujuan yang mulai kabur

dengan tekad dan optimis yang mulai pudar

meski aku belum terlalu pesimis 

Aku mulai memikirkan apakah sudah saatnya aku kembali mengikuti jejak ayahku, yang bekerja dalam bidang IT di perusahaan internasional ternama, yang membuatnya bisa pindah ke Malaysia, tempat aku lahir dan dibesarkan?

Aku membuat Media Serumpun karena jasa ayahku yang berani merantau ke Malaysia dan bergaul dengan penduduk Melayu di sana tanpa merasa asing. Tapi pada dasarnya, ayahku tidak sepertiku yang berisik soal "kita serumpun!" di mana-mana 

Keinginan untuk menjadi penerus ayahku pun muncul, dan ketika perasa itu sedang naik, ia sepertinya mulai menggantikan semangatku mengembangkan Media Serumpun. Aku ingin membesarkan anak-anakku sebagaimana ayahku telah membesarkanku

Toh aku juga aslinya tidak punya cita-cita jadi konten kreator seperti ini

Hanya karena nafsu saja saya berada di posisi seperti ini

Walaupun aku tidak menyesali keputusanku untuk berada di sini

Hanya saja, aku terlalu awal untuk memulai karir ini

Sok-sokan mendamaikan dua negara melalui Media Serumpun, tapi sama teman sekelas sendiri saja nggak damai-damai

Temanku bisa dihitung jari

Yang benar-benar akrab denganku sisa dua.

Alhamdulillah temanku itu mendukung perkembangan Media Serumpunku

Aku pun terus melanjutkan ketidakaktifan Media Serumpun di bidang instagram. Kuberi tahu pengikutku bahwa aku ingin lanjut belajar, sehingga harus stop ngonten dulu 

Aku menyingkir sementara karena belum pantas, belum cukup pengalaman dan ilmu pengetahuan untuk memegang pekerjaan dan tanggungjawab seperti itu

Di saat aku menyingkir, di situ aku tersingkirkan

Semoga saja tidak untuk selamanya

Comments

  1. Semangaaat.. jangan pernah merasa sia2 atas hal2 positif yg kita lakukan. Yakin, gak ada yg sia2. Semua karya murni yang sudah dihasilkan di medsos adalah sebuah pencapaian tersendiri. Setiap orang akan ada timeline sendiri. Yang penting niatnya adalah untuk kebaikan. Teruskan berkarya di saat ada waktu luang.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts